A.
Sejarah, Pendiri dan Tokoh-Tokoh Kepercayaan Waktu Telu
Pasca kesuksesan sunan
perapen mengislamkan masyarakat Suku Sasak saat itu, Sunan Perapen bergegas
meninggalkan Lombok untuk menyebarkan agama islam ke wilayah Sumbawa dan bima.
Akan tetapi, sepeninggal Sunan Perapen timbul masalah baru di kalangan
masyarakat suku sasak yakni kaum wanita suku sasak menolak memeluk Agama Islam.
Tak hanya itu, masyarakat Sasak juga terpecah menjadi 3 golongan yaitu golongan
yanga memilih mempertahankan kepercayaan lamanya dan lari ke hutan (orang
Boda), golongan yang takluk dan memeluk islam (waktu lima) dan golongan yang
hanya takluk pada kekuasaan sunan perapen (Wetu telu). Akibat dari adanya
masalah ini Sunan Perapen akhirnya kembali lagi ke Lombok untuk meluruskan dan
memperbaiki penyebaran Islam di Lombok.[1]
Waktu-Telu didefinisikan secara berbeda-beda,
sesuai dengan penafsiran masing-masing kelompok. Diantaranya sebagai berikut:
1. kelompok Islam
Waktu-Telu sendiri member batasan sebagai ‘’ proses kejadian makhluk di alam
semesta’’.
2. seorang pakar dari
belanda menyebut Waktu-Telu sebagai bentuk kepercayaan zaman majapahit yang
terkena pengaruh ajaran Islam.
3. menurut kenyataanya,
Waktu-Telu adalah sekelompok masyarakat Islam yang belum menyempurnakan syariat
atau ajaran agamanya
Pendiri
Dibeberapa tempat dilombok ad pula keterangan lain siapa
pendiri dan penyebar Islam Waktu-Telu sesuai dengan daerah masing-masing. Yang
di anggap bagian pendiri Islam Waktu-Tel
di Bayan adalah Ratu Emas Pahit sebuah ulun yang disebut Wong Mu’min.
Tokoh-Tokoh
1.
Raden Singadriya
2.
Datu Sukowati
3.
Lalu Badriai, alias
Manik Irmansyak.
4.
Mamiq Murti
5.
Raden Sueno, SH
6.
Lalu Andaka
7.
Aja
8.
Lalu Jdied
B.
Pokok Kepercayaan dan Upacara Keagamaan Waktu Telu
Pada prinsipnya bentuk ritual Wetu Telu
dapat disederhanakan ke dalam dua bentuk perwujudan yaitu :
1. Penghormatan
Terhadap Roh
Keyakinan komunitas Islam Wetu
Telu adalah percaya kepada makhluk halus yang bersemayam pada benda mati atau
benda tertentu atau memiliki kekuatan tetapi tunduk di hadapkan kekuatan Tuhan.
Menyangkut Roh leluhur, mereka percaya bahwa Adam dan Hawa merupakan asal usul
nenek moyang kita.
2. Penyelenggaraan
Upacara Tertentu
a. Perayaan
Hari Besar Islam
b. Upacara Peralihan Individu
c. Upacara
Siklus Tanam
C. Konsep
Kepercayaan Islam Waktu Telu
Islam wetu telu sendiri adalah
kepercayaan orang sasak yang mengaku Islam tapi masih mempraktikan
ritual-ritual agama Hindu, Budha, Animism dan Boda seperti pemujaan terhadap
roh leluhur dan para dewa. hal ini disebabkan oleh proses Islamisasi yang belum
tuntas sebagai penyebab utama munculnya Islam Wetu Telu. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut (1) Kedatangan Islam pada saat kuatnya kepercayaan
tradisional seperti animisme, dinamisme, dan Boda, (2) dominasi ajaran Hindu
Majapahit yang telah berakar kuat di masyarakat, (3) para muballigh dan ulama
yang menyampaikan ajaran agama Islam terburu-buru meninggalkan tempat tugasnya
untuk menyebarkan agama Islam ke tempat lain seperti Sumbawa, Dompu, dan Bima,
(4) para murid yang menjadi kepanjangan tangan para mubaligh dan ulama belum
memiliki kemampuan menafsirkembangkan ajaran islam secara rasional dan (5)
metode dakwah yang sangat toleran dengan
komitmen tidak akan merusak adat istiadat setempat.[2]
D. Interaksi
Kepercayaan Orang Lombok Dengan Agama Lain
Awal mula kedatangan Islam ke pulau
Lombok adalah seiring dengan perkembangan Islam di nusantara dan keruntuhan
Kerajaan Majapahit. Masuknya Islam ke tanah Lombok diduga diabwa oleh
pedagang-pedagang muslim yang berniaga di Lombok yang kemudian menyebarkan
agamanya. Dalam Babad Lombok dijelaskan bahwa Sunan Ratu Giri memerintahkan
raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia bagian
utara. Beberapa orang yang ditugasakan itu adalah Lembok Mangkurat dan
pasukannya dikirim ke Banjar, Datu Bandan dikirim ke Selayar, Makassar,Tidore
dan Seram, Pangeran Perapen mengirim anak laki-lakinyauntuk berlayar menyiarkan
Islam ke Bali, Lombok dan Sumbawa.
Setelah panggeran tiba di tanah
lombok, panggeran prapen diterima dengan baik oleh Raja Lombok, setelah
memaparkan misi sucinya raja lombok pun bersedia masuk Islam. Akan tetapi
Rakyat Sasak belum bisa menerima kehadiran agama Islam di tanah mereka sehingga
Raja Lombok pun dihasut oleh rakyat sampai terjadi peperangan antara kedua
belah pihak yaitu pasukan panggeran prapen dan rakyat sasak yang akhirnya
dimenangkan oleh pasukan Panggeran Perapen. Atas kemenangan tersebut, Panggeran
Perapen dan pasukannya pun mengislamkan raja beserta kedatuan-kedatuan lainnya
seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok
Utara). Dan juga ada kedatuan-kedatuan yang dengan sukarela masuk islam yaitu
Parigi dan Sarwadadi. Panggeran Perapen juga mengislamkan masyarakat Lombok dan
menghitan para lelaki serta mengharamakan pura, meru, babi dan sanggah. Pasca
itu, Agama Islam berkembang dengan sangat pesat Di Pulau Lombok.[3]
Islam
wetu telu sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Sasak Lombok Utara
khususnya, diantaranya:
1. Wet Agama
Seperti yang kita ketahui wet agama yang terdiri dari para
penghulu dan kiayimengatur tentang proses ritual religius dan adat agama yang merupakan faktor utama
dalam kehidupan bermasyarakat. Pentingnya wet
agama dapat dibuktikan dengan melihat posisi duduk yang terletak di hulu
selatan yang dalam masyarakat Sasak disebut
bolot atas, ini mencerminkan wet
agamasebagai perantara hubungan manusia dengan penguasa alam, wet agama yang terdiri dari kiayi,
penghulu atau toaq lokaq mempunyai
peranan dalam berbagai aktivas adat gama.
2. Wet
Adat
Dalam pendistribusian Wet
Adat bertugas untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan
manusia dengan alam. Pembuktian hal tersebut dapat ditinjau dari posisi letak
duduk yaitu di tempatkan di tengah di sekitar tiang yang di bungkus kain
berwarna hitam. Dalam Wet Adat terdapat para pelaksananya antara lain, Mangku
Adat, Sesepuh, dan Belian (Dukun), serta Jintaka, masing-masing tokoh tersebut
mempunyai tugas yang telah di tentukan.
3. Wet
Pemerintahan (Ngemong Praja)
Karena masyarakat Sasak
Lombok Utara dulunya beragama Boda yang pada fase selanjutnya mendapatkan
pengaruh dari unsur Hindu dan Islam, maka sistem kekastaan dalam lingkungan
penganut Wet Tau Telu merupakan
kombinasi dan perpaduan dari beberapa unsur dan pernik peradaban tersebut.
Dipahami bahwa setiap masyarakat ada pemimpin dan ada yang dipimpin (masyarakat). Adapun bentuk dan pola
pembagian kepemimpinan dalam pemerintahan sebagai produk sejarah erat kaitannya
dengan sistem kekastaan. Pembagian kekastaan dalam masyarakat Sasak Wet Tau Telu terdiri dari empat
marga, yaitu : Datu, Raden, Luput dan Perjaka.[4]
Referensi
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu
[1] Diakses pada 28 April 2016 dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu
[2] Diakses pada 28 April 2016 dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu
[3] Diakses pada 28 April 2016 dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu
[4] Diakses pada 28 April 2016 dari http://hermigasek.blogspot.co.id/2012/05/islam-wetu-telu-dialektika-islam-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar