Senin, 30 Mei 2016

Responding Paper Suku Lombok



A.      Sejarah, Pendiri dan Tokoh-Tokoh Kepercayaan Waktu Telu
Pasca kesuksesan sunan perapen mengislamkan masyarakat Suku Sasak saat itu, Sunan Perapen bergegas meninggalkan Lombok untuk menyebarkan agama islam ke wilayah Sumbawa dan bima. Akan tetapi, sepeninggal Sunan Perapen timbul masalah baru di kalangan masyarakat suku sasak yakni kaum wanita suku sasak menolak memeluk Agama Islam. Tak hanya itu, masyarakat Sasak juga terpecah menjadi 3 golongan yaitu golongan yanga memilih mempertahankan kepercayaan lamanya dan lari ke hutan (orang Boda), golongan yang takluk dan memeluk islam (waktu lima) dan golongan yang hanya takluk pada kekuasaan sunan perapen (Wetu telu). Akibat dari adanya masalah ini Sunan Perapen akhirnya kembali lagi ke Lombok untuk meluruskan dan memperbaiki penyebaran Islam di Lombok.[1]
        Waktu-Telu didefinisikan secara berbeda-beda, sesuai dengan penafsiran masing-masing kelompok. Diantaranya sebagai berikut:
1.    kelompok Islam Waktu-Telu sendiri member batasan sebagai ‘’ proses kejadian makhluk di alam semesta’’.
2.  seorang pakar dari belanda menyebut Waktu-Telu sebagai bentuk kepercayaan zaman majapahit yang terkena pengaruh ajaran Islam.
3.  menurut kenyataanya, Waktu-Telu adalah sekelompok masyarakat Islam yang belum menyempurnakan syariat atau ajaran agamanya
Pendiri
Dibeberapa tempat dilombok ad pula keterangan lain siapa pendiri dan penyebar Islam Waktu-Telu sesuai dengan daerah masing-masing. Yang di anggap  bagian pendiri Islam Waktu-Tel di Bayan adalah Ratu Emas Pahit sebuah ulun yang disebut Wong Mu’min.
Tokoh-Tokoh
1.    Raden Singadriya
2.    Datu  Sukowati
3.    Lalu Badriai, alias  Manik Irmansyak.
4.    Mamiq Murti
5.    Raden Sueno,  SH
6.    Lalu Andaka
7.    Aja
8.    Lalu Jdied
B.     Pokok Kepercayaan dan Upacara Keagamaan Waktu Telu
     Pada prinsipnya bentuk ritual Wetu Telu dapat disederhanakan ke dalam dua bentuk perwujudan yaitu :
1.    Penghormatan Terhadap Roh
         Keyakinan komunitas Islam Wetu Telu adalah percaya kepada makhluk halus yang bersemayam pada benda mati atau benda tertentu atau memiliki kekuatan tetapi tunduk di hadapkan kekuatan Tuhan. Menyangkut Roh leluhur, mereka percaya bahwa Adam dan Hawa merupakan asal usul nenek moyang kita.
2.    Penyelenggaraan Upacara Tertentu
a.     Perayaan Hari Besar Islam
b.   Upacara Peralihan Individu
c.    Upacara Siklus Tanam                      

C.     Konsep Kepercayaan Islam Waktu Telu
            Islam wetu telu sendiri adalah kepercayaan orang sasak yang mengaku Islam tapi masih mempraktikan ritual-ritual agama Hindu, Budha, Animism dan Boda seperti pemujaan terhadap roh leluhur dan para dewa. hal ini disebabkan oleh proses Islamisasi yang belum tuntas sebagai penyebab utama munculnya Islam Wetu Telu. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut (1) Kedatangan Islam pada saat kuatnya kepercayaan tradisional seperti animisme, dinamisme, dan Boda, (2) dominasi ajaran Hindu Majapahit yang telah berakar kuat di masyarakat, (3) para muballigh dan ulama yang menyampaikan ajaran agama Islam terburu-buru meninggalkan tempat tugasnya untuk menyebarkan agama Islam ke tempat lain seperti Sumbawa, Dompu, dan Bima, (4) para murid yang menjadi kepanjangan tangan para mubaligh dan ulama belum memiliki kemampuan menafsirkembangkan ajaran islam secara rasional dan (5) metode dakwah yang sangat toleran  dengan komitmen tidak akan merusak adat istiadat setempat.[2]
D.     Interaksi Kepercayaan Orang Lombok Dengan Agama Lain
Awal mula kedatangan Islam ke pulau Lombok adalah seiring dengan perkembangan Islam di nusantara dan keruntuhan Kerajaan Majapahit. Masuknya Islam ke tanah Lombok diduga diabwa oleh pedagang-pedagang muslim yang berniaga di Lombok yang kemudian menyebarkan agamanya. Dalam Babad Lombok dijelaskan bahwa Sunan Ratu Giri memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia bagian utara. Beberapa orang yang ditugasakan itu adalah Lembok Mangkurat dan pasukannya dikirim ke Banjar, Datu Bandan dikirim ke Selayar, Makassar,Tidore dan Seram, Pangeran Perapen mengirim anak laki-lakinyauntuk berlayar menyiarkan Islam ke Bali, Lombok dan Sumbawa.
Setelah panggeran tiba di tanah lombok, panggeran prapen diterima dengan baik oleh Raja Lombok, setelah memaparkan misi sucinya raja lombok pun bersedia masuk Islam. Akan tetapi Rakyat Sasak belum bisa menerima kehadiran agama Islam di tanah mereka sehingga Raja Lombok pun dihasut oleh rakyat sampai terjadi peperangan antara kedua belah pihak yaitu pasukan panggeran prapen dan rakyat sasak yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Panggeran Perapen. Atas kemenangan tersebut, Panggeran Perapen dan pasukannya pun mengislamkan raja beserta kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok Utara). Dan juga ada kedatuan-kedatuan yang dengan sukarela masuk islam yaitu Parigi dan Sarwadadi. Panggeran Perapen juga mengislamkan masyarakat Lombok dan menghitan para lelaki serta mengharamakan pura, meru, babi dan sanggah. Pasca itu, Agama Islam berkembang dengan sangat pesat Di Pulau Lombok.[3]
Islam wetu telu sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Sasak Lombok Utara khususnya, diantaranya:
1.      Wet Agama
Seperti yang kita ketahui wet agama yang terdiri dari para penghulu dan kiayimengatur tentang proses ritual religius dan adat agama yang merupakan faktor utama dalam kehidupan bermasyarakat. Pentingnya wet agama dapat dibuktikan dengan melihat posisi duduk yang terletak di hulu selatan yang dalam masyarakat Sasak disebut  bolot atas, ini mencerminkan wet agamasebagai perantara hubungan manusia dengan penguasa alam, wet agama yang terdiri dari kiayi, penghulu atau toaq lokaq mempunyai peranan dalam berbagai aktivas adat gama.
2.      Wet Adat
Dalam pendistribusian Wet Adat bertugas untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam. Pembuktian hal tersebut dapat ditinjau dari posisi letak duduk yaitu di tempatkan di tengah di sekitar tiang yang di bungkus kain berwarna hitam. Dalam Wet Adat terdapat para pelaksananya antara lain, Mangku Adat, Sesepuh, dan Belian (Dukun), serta Jintaka, masing-masing tokoh tersebut mempunyai tugas yang telah di tentukan.
3.      Wet Pemerintahan (Ngemong Praja)
Karena masyarakat Sasak Lombok Utara dulunya beragama Boda yang pada fase selanjutnya mendapatkan pengaruh dari unsur Hindu dan Islam, maka sistem kekastaan dalam lingkungan penganut Wet Tau Telu merupakan kombinasi dan perpaduan dari beberapa unsur dan pernik peradaban tersebut. Dipahami bahwa setiap masyarakat ada pemimpin dan ada yang dipimpin  (masyarakat). Adapun bentuk dan pola pembagian kepemimpinan dalam pemerintahan sebagai produk sejarah erat kaitannya dengan sistem kekastaan. Pembagian kekastaan dalam masyarakat Sasak Wet Tau Telu terdiri dari empat marga, yaitu : Datu, Raden, Luput dan Perjaka.[4]

Referensi
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu



[1] Diakses pada 28 April 2016 dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu
[2] Diakses pada 28 April 2016 dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu

[3] Diakses pada 28 April 2016 dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/958/islam-wetu-telu
[4] Diakses pada 28 April 2016 dari http://hermigasek.blogspot.co.id/2012/05/islam-wetu-telu-dialektika-islam-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar