Senin, 30 Mei 2016

Responding Paper Suku Batak



A.    Mitologi Batak dan Jenjang Kehidupan Manusia Zaman Keberhalaan
Suku Batak yang terletak di bagian utara dan barat Pulau Sumatera ini terdiri dari enam suku yaitu: suku Karo, Pakpak atau Dairi, Simalungun, Toba, Angkola, dan suku Mandailing.[1]
Batak adalah suku yang kaya akan mitos baik tentang Debata, dewa-dewa maupun tentang penciptaan bumi, manusia dan tumbuh-tumbuhan. Semua mitos itu diceritakan secara dari mulut ke oleh orangtua yang paham akan hal itu kepada orang yang lebih muda atau anak-anak. Mitos itu dikemas dalam sebuah turi-turian (cerita dongeng) menurut tema demi tema.[2]
Menurut orang Batak pembagian alam semesta ini terbagi menjadi tiga dunia: Banua Ginjang atau Dunia Atas (upperrworld), Banua Tonga atau Dunia Tengah (middleworld), dan Banua Toru atau Dunia Bawah (lowerworld). Tiga benua tersebut dipercayai diciptakan oleh Tuhan Debata Mulajadi Nabolon, karena Dia memiliki sifat “Maha Pencipta” dan “Maha Menjadikan”.
B.     Asal Usul dan Perkembangan Kepercayaan Parmalim
Ugamo Malim adalah agama asli yang dianut Bangsa Batak sebelum agama Islam, Kristen dan Katolik dianut sebagian besar Batak Toba. Penganut Ugamo Malim disebut parmalim, pimpinan tertinggi agam Malim adalah Raja Sisingamaharaja I-XII. Saat ini parmalim yang tersisa di Tanah Batak hanya sekitar 10.000 orang. Agama Malim terpusat di Huta Tinggi, Laguboti Kabupaten Tobasa. Pimpinan Parmalim bernama Raja Marnangkok Naipospos, meneruskan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja Sinambela XII.[3] Sistem religi yang dianggap tertua di Batak adalah agama raja-raja yang disebut permalim atau perbaringin atau pelbegu. [4]
Parmalim secara antropologis disebut sebagai agama yang diturunkan oleh Tuhan (Debata Mulajadi Nabolon) khusus kepada suku Batak. Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta, pemilik dan penguasa semesta alam.[5]
Sistem religi yang dianggap tertua di Batak adalah agama raja-raja yang disebut permalim atau perbaringin atau pelbegu. [6]
Parmalim secara antropologis disebut sebagai agama yang diturunkan oleh Tuhan (Debata Mulajadi Nabolon) khusus kepada suku Batak. Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta, pemilik dan penguasa semesta alam.
Beberapa ratus tahun sebelum agama Islam dan Kristen datang ke Tanah Batak dan sebelum agama malim resmi ada, kepercayaan dan ajaran keagamaan Batak sesungguhnya sudah ada. Menurut kepercayaan agama Malim, ajaran keagamaan itu dibawa oleh suruhan atau utusan Debata Mulajadi Nabolon. Suruhan Debata yang membawa ajaran keagamaan itu dinamakan malim Debata.
C.    Kepercayaan Parmalin dan Ajaran-ajarannya
Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama Malim. Agama Malim yang dalam bahasa Batak disebut Ugamo Malim adalah bentuk moderen agama asli suku Batak. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama asli Batak, namun terdapat pengaruh agama Kristen, terutama Katolik, dan juga pengaruh agama Islam.
Agama ini tidak mengenal Surga atau sejenisnya,sepeti agama umumnya, selain Debata Mula jadi Na Bolon (Tuhan YME) dan Arwah-arwah leluhur, belum ada ajaran yang pasti reward atau punisnhment atas perbuatan baik atau jahat, selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi miskin dan tidak punya turunan. Tujuan upacara agama ini memohon berkat dari Debata Mula jadi Na bolon (Tuhan YME), dari Arwah-arwah leluhur, juga dari Tokoh-tokoh adat atau kerabat-kerabat adat yang dihormati, seperti Kaum Hula-hula (dari sesamanya).
Tuhan dalam kepercayaan Malim adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon" (Tuhan YME) sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim"). Agama Malim terutama dianut oleh suku Batak Toba di provinsi Sumatera Utara. Sejak dahulu kala terdapat beberapa kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah kelompok Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kab. Toba Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu '[bulan] Pertama') serta Si Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima) yang secara meriah dirayakan di kompleks Parmalim di Huta Tinggi.[7]
D.    Upacara Keagamaan dalam kepercayaan Parmalim
Malim adalah sebuah agama yang memiliki beberapa macam  upacara agama-agama (ritual) yang dijadikan sebagai jalan untuk “bertemu” dengan Debata Mulajadi Nabolon.
Bagi agama Malim, persembahan pelean (sesaji) dan pelafalan doa-doa (tonggo-tonggo) adalah hal yang wajib dalam setiap upacara agama. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu keseluruhan upacara agama yang dimaksud sekaligus mengetengahkan dsar hukum dan proses pelaksanaannya masing-masing.
1.      Upacara Marisabtu
Marisabtu adalah salah satu upacara agama (ibadat) yang terpenting dalam agama Malim. Ibadat ini wajib dilaksanakan sekali dalam sepekan yaitu pada hari sabtu.
2.      Upacara Martutuaek
Sudah menjadi bagian dari adat istiadat masyarakat Batak namun setelah agama Malim resmi ada, acara martutuaek bukan lagi sekedar adat kebiasaan tetapi sudah berubah status hukumnya menjadi suatu aturan atau ibadat yang wajib diamalkan.
3.      Upacara Pasahat Tondi
Pasahat Tondi  berasala dari dua kata, yaitu “pasahat” yang bermakna ”menyampaikan”, “menyerahkan”, sedangkan makna “tondi” adalah “ruh”. Dengan demikian pasahat tondi berarti menyampaikan atau menyerahkan ruh.
4.      Upacara Mardebata
Mardebata adalah satu satu ritual agama malim. Secara harfiah kata mardebata bermakna “menyembah Debata”. Sedangkan, menurut istilah agama, arti mardebata ialah: “upacara penyembahan kepada Debata dengan perantara sesaji (pelean) yang bersih dan diantarkan melalui bunyi-bunyian gendang selengkapnya (gondang sabangunan) atau gendang kecapi (gondnag hasapi) sebagaimana telah diisbatkan dalam agama Malim.
5.      Upacara Mamasumasu
Salah satu upacara yang agama yang tidak boleh diabaikan oleh penganut agama Malim ialah mamaumasu. Istilah mamasumasu dalam agama Malim dapat diartikan “pemberkatan perkawinan”.[8]
6.      Upacara Manganggir
Manganggir adalah  upacara yang dapat disamakan dengan sacrament (baptis) dalam agama lain. Istilah manganggir berasal dari kata anggir (jeruk purut),  karena jeruk purut ini digunakan sebagai bahan  pnsucian (pangurason) , akhirnya upacara ini dinamakan dengan manganggir. Dalam istilah agama, manganggir adalah suatu upacara pensucian diri sesorang agar suci dari segala dosa, kekotoran.
E.     Interaksi Kepercayaan Orang Batak dengan Agama-agama Lain
Masyarakat suku Batak juga sukar menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Sifat tertutup orang Batak mulai terbuka setelah terjadi penyerbuan dan pendudukan Islam di bagian Selatan daerah Batak pada tahun 1830-an, yang kemudian disusul dengan masuknya RMG pada tahun 1861, hampir bersamaan dengan permulaan masa pendudukan Belanda secara bertahap atas daerah Batak. Gunung  Pusuk Buhit yang terletak di sebelah barat laut Danau Toba menurut mitologi Batak adalah tempat asal-usul Batak.[9]
Awal mula kepercayaan suku batak ini adalah kepercayaan kepada hal-hal ghaib di luar manusia (animisme/dinamisme), kemudian berubah percaya dengan ruh nenek moyang pertama mereka yaitu Debata Mulajadi Nabolon dan di lanjutkan dengan masuknya agama Hindu Buddha di Indonesia kemudian mereka merubah sistem ketuhanan mereka dengan menamai Debata Mulajadi Nabolon sebagai dewa tertinggi mereka. Dan sepanjang masuknya islam ketuhanan mereka menjadi ketuhanan yang maha Esa atau satu tuhan.


[2]Ibrahim Gultom, Agama Malim: di Tanah Batak, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. I, h. 37
[4]Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 63
[5]Ahmad Syafi’I Mufid (ed), Opcit, h. 14
[6] Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 63
[7] https://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim
[8]Ibid, h. 304

Tidak ada komentar:

Posting Komentar