Senin, 30 Mei 2016

Responding Paper Suku Dayak



1.      Asal Usul Orang Dayak
Pada tahun (1977-1978) ketika benua asia dan pulau Kalimantan masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoliad dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller Schwaner”. Suku dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun, setelah orang-orang melayu dari Sumatra dan semenanjung malaka datang mereka makin lama makin mundur ke dalam. Belum lagi datangnya orang bugis, Makassar, dan jawa pada masa kejayaan kerajan majapahit. Suku dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama. Mereka menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan.
Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa dinasti Ming tahun 1368-1643. Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh secara langsung karena mereka hanya berdagang disana.
Suku dayak pernah membuat sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan dayak sering di sebut “Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit sekitar tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut yang mengakibatkan orang suku dayak terdesak dan terpencar, dan sebagian masuk ke daerah pedalaman.
2.      Mite dan Magi Orang Dayak
Di dalam mite orang dayak, legenda dan cerita-cerita rakyat itu akan ditemui berbagai macam dewa, roh, kekuatan sakti, berbagai tata kehidupan dan sebagainya. Sikap dan tradisi orang dayak sebagian besar memang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Untuk melihat kenyataan-kenyataan di atas, akan di kemukakan beberapa contoh mengenai mite orang dayak sebagai berikut :
-          Suku dayak mempunyai prajurit hantu. The Ghost warrior adalah panglima burung. Perawakan panglima burung yang masih misterius bagi masyarakat Indonesia menjadikan panglima burung bak prajurit hantu yang siap menyerang siapa saja yang melecehkan suku dayak untuk melindungi tanah borneo
-          Dimata dunia, tato pada suku dayak yang ada hampir menyelimuti tubuh suku dayak adalah sebuah karya seni.
-          Pedang mematikan/ Mandau / Parang. Pedang mematikan ini adalah pedang magis yang dapat membunuh siapapun tanpa rasa kasihan.
-          Selain Mandau terbang, hal yang paling menakutkan suku dayak di mata dunia adalah sumpit beracun. Entah apakah sumpit beracun? Masih adakah apa tidak untuk saat ini. Namun sumpit beracun suku dayak telah menjadi sejarah tersendiri bagi masyarakat dayak pada masa penjajahan di masa lalu.
Magis suku dayak benar-benar menakutkan bagi mereka. Suku dayak memiliki kekuatan magis yang sangat berbahaya yang menjadikan suku dayak sebagai salah satu dari 5 suku yang paling di takuti di dunia karena sihirnya.
            Magis suku dayak
Orang dayak di kenal dengan ilmu magisnya, ilmu magis ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu mengaji (berguru), balampah (bertapa), ketuahan (keberuntungan), nupi (mimpi), minyak dan ada yang memang mempunyai ilmu magis sejak lahir.
3.      Struktur Keagamaan Orang Dayak
4.      Upacara Adat Kematian dan Penguburan Orang Dayak
Upacara tiwah merupakan acara adat suku dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang telah mati ke sanding yang telah di buat. Sanding adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk menempatkan mereka yang telah meninggal dunia.
Upacara tiwah bagi suku dayak sangatlah sacral, pada cara upacara tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang telah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung) banyak sekali acara ritual-ritual tarian, suara gong maupun hiburan lainnya dan sampai akhirnya tulang orang yang telah mati tersebut diletakkan di dalam sanding.
Masyarakat Dayak Maanyan dulu menggambarkan bahwa kematian adalah sebuah awal perpindahan atau perjalanan roh (adiau atau amirue) ke kemuliaan dunia baru (tumpuk adiau) yang subur, damai, tenteram, kaya raya dimana di sana ada kesempurnaan, kesehatan, awet muda dan kehidupan yang abadi. Seorang
Belian orang mati (wadian matei) yang di interview menggambarkan amirue/adiau akan diantar ke tumpuk janang jari, kawan nyiui pinang kakuring, wahai kawan intan amas, parei jari, kuta maharuh, welum sanang, puang mekum maringin, arai hewu (Roh yang meninggal kan di bimbing perjalanannya oleh belian menuju tempat/ perkampungan yang subur, kelapa dan pinang menghijau indah, bertaburkan intan dan emas, padi yang subur, makanan yang enak, hidup sejahtera, selalu sehat dan gembira).
Pada dasarnya Upacara (adat) kematian merupakan berbagai jenis upacara (serangkaian) dari kematian sampai beberapa upacara untuk mengantar adiau/ roh ke tumpuk adiau/ dunia akhirat.
Berikut beberapa upacara kematian Dayak Maanyan:
1.      Ijambe, (baca : Ijamme’) yaitu upacara kematian yang pada intinya pembakaran tulang mati. Pelaksanaan upacaranya sepuluh hari sepuluh malam. dan membutuhkan biaya yang sangat besar, dengan hewan korban kerbau, babi dan ayam. Karena mahal Upacara ini dilakukan oleh keluarga besar dan untuk beberapa Orang (tulang yang udah meninggal) atau untuk beberapa Nama, dulu sering dilakukan di desa nenek saya di desa Warukin, kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
2.      Ngadatun, yaitu upacara kematian yang dikhususkan bagi mereka yang meninggal dan terbunuh (tidak wajar) dalam peperangan atau bagi para pemimpin rakyat yang terkemuka. Pelaksanaannya tujuh hari tujuh malam.
3.      Miya, yaitu upacara membatur yang pelaksanaannya selama lima hari lima malam. kuburan dihiasi dan lewat upacara ini keluarga masih hidup dapat “mengirim” makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya kepada “adiau” yang sudah meninggal.
4.      Bontang, adalah level tertinggi dan “termewah” bentuk penghormatan keluarga yang masih hidup dengan yang sudah meninggal, upacara ini cukup lama 5 hari lima malam, dengan biaya luar bisa, “memakan korban “puluhan ekor babi jumbo dan ratusan ekor ayam kampung esensinya adalah memberi/ mengirim “kesejahteraan dan kemapanan” untuk roh/ adiau yang di”bontang”, upacara ini bukan termasuk upacara duka, tapi sudah berbentuk upacara sukacita.
5.      Nuang Panuk, yaitu upacara mambatur yang setingkat di bawah upacara Miya, karena pelaksanaannya hanya satu hari satu malam. Dan kuburan si mati pun hanya dibuat batur satu tingkat saja, di antar kue sesajen khas Dayak yaitu tumpi wayu dan lapat wayu dan berbagai jenis kue lainnya dalam jumlah serba tujuh dan susunan yang cukup rumit
6.      Siwah, yaitu kelanjutan dari upacara Mia yang dilaksanakan setelah empat puluh hari sesudah upacara Mia. Pelaksanaan upacara Siwah ini hanya satu hari satu malam. Inti dari upacara Siwah adalah pengukuhan kembali roh si mati setelah dipanggil dalam upacara Mia untuk menjadi pangantu pangantuhu, atau “sahabat” bagi keluarga yang belum meninggal.
Yang menarik dari upacara tersebut adalah banyak unsur seninya, baik tumet leut (sajak yang dilantunkan dengan nada indah tapi tetap, dan tarian tarian khas jaman dulu misalnya giring-giring atau nampak maupun nandrik.
5.      Interaksi Kepercayaan Orang Dayak dengan Agama Lain
Sejarah dan asal usul suku dayak juga dipengaruhi oleh budaya dari suku atau bangsa lain yang masuk ke wilayah Kalimantan. Misionaris Kristen misalnya yang telah berhasil mengubah kepercayaan suku dayak yang awal mulanya animism menjadi kepercayaan al kitab. Budaya islam juga dibawa orang-orang jawa dimasa kejayaan kerajaan demak telah membuat sebagian kecil masyarakat dayak beralih menganut agama islam, serta kebudayaan Tiong Hoa yang menambah keberagaman pengetahuan seni mereka seperti malawen, belanga, dan peralatan keramik.
Sebagian besar suku dayak memeluk agama islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang dayak, tetapi malah menyebut dirinya sebagai orang melayu atau orang banjar. Sedangkan orang dayak yang menolak agama islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman Kalimantan tengah, bermukim ke daerah-daerah kayu tinggi, amuntai, margasari, watang amandit, Labuan lawas dan watang balangan hingga terdesak masuk ke hutan rimba. Orang dayak yang menganut agama islam kebanyakan bertempat di daerah Kalimantan selatan dan sebagian kota waringin. Salah seorang sultan dari kasultanan banjar yang terkenal sebagai Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang dayak (Ma’anyan atau Ot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar