sUku kutai
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Observasi
Matakuliah Agama-Agama Lokal
Dosen Pengampu : Dra. Siti Nadroh, M.A.
Matakuliah Agama-Agama Lokal
Dosen Pengampu : Dra. Siti Nadroh, M.A.
Oleh :
Mustika Diani Dewi 11140321000046
Maulaya Arinil Haq 11140321000085
M. RianSujudTaufik 11140321000077
Mustika Diani Dewi 11140321000046
Maulaya Arinil Haq 11140321000085
M. RianSujudTaufik 11140321000077
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Upacara Adat Suku Kutai
1.2 Upacara Erau
BAB
I
PEMBAHASAN
1.1.1 Pernikahan
Upacara pernikahan adat kutai ada
beberapa tahap:
a. Acara Bedatang
Pada acara ini pihak laki-laki melakukan
kunjungan atau silaturahmi kepihak perempuan dengan membawa uang seserahan
(Sumahan) sekaligus membicarakan waktu dan tempat yang tepat untuk melaksanakan
pernikahan agar mendapat keberkahan. Kedua keluarga ini saling berunding dan
bertukar pikiran untuk menemukan keputusan yang tepat bagi pernikahan putra dan
putri mereka. Biasanya calon pengantin laki-laki tidak dilibatkan dalam acara
ini. Acara seperti ini masih dilakukan oleh masyarakat suku kutai di Desa Teratak
dan belum ada perubahannya. Masih sama seperti yang dulu.
b.
Besorong Tanda
Pada acara ini keluarga pihak lelaki berkunjung lagi kepada keluarga pihak
perempuan dengan membawa cincin yang ditujukan untuk calon pengantin perempuan
dengan tujuan mengikatnya agar sang perempuan tidak lagi bisa dilamar oleh
lelaki lain karna sudah diikat dengan cincin tersebut walaupun belum
melaksanakan akad. Mungkin bahasa gaulnya sekarang adalah tunangan, namun tidak
bertukar cincin, Hanya menyerahkan bukti pengikat saja berupa cincin. Acara
besorong tanda ini juga masih dilaksakan masrarakat di Desa Teratak dan belum
ada perubahan-perubahan yang dilakukan.
c. Beluluran,
Betimung dan Bepacara
Acara
yang ini biasanya dilakukan oleh pengantin perempuan kecuali berpacaran.
Bepacar adalah terdiri dari daun pacar yang ditumbuk halus dan diberi bentuk
bundar seperti bentuk kelereng dan diletakkan di ujung jari atau kuku telunjuk
dan ujung jari atau kuku jari manis pada masing-masing mempelai. Pacar mempelai
wanita maupun laki-laki ditempatkan pada wadah tradisional kemudian
dipertukarkan dan diarak pada mempelai masing-masing yang berada di rumah
masing-masing dengan dalam keadaan mempelai wanita maupun laki-laki duduk di
atas tilam kasturi. Makna upacara berpacar ini ialah sebagai kelengkapan
penghias pada acara naik pengantin dan sebagai tanda bahwa mempelai wanita
maupun laki-laki ini pengantin baru. Biasanya acara ini dilakukan
berturut-turut 3 sampai malam atau 1 malam saja.Beluluran yang dipakai adalah
bedak dingin (Pupur basah) yang dicampur dengan temu giring (tumbuhan sejenis
kunyit yang berwarna kuning) dengan tujuan agar kulit pengantin perempuan akan
bercahaya kuning sekuning langsat.Acara betimung ini merupakan acara
pembungkusan diri yang dilakukan dengan cara duduk diatas tungku yang
dibawahnya berisi rebusan rerempahan berupa laos, serai wangi dan sebagainya
dengan menggunakan sarung lalu tubuh kita akan ditutup dengan kain lagi atau
apa saja yang bisa dijadikan penutup hingga kepala agar uap yang dikeluarkan
dari bawah tidak akan lari kemana-mana.
d. Mendi-mendi
upacara
mendi-mendi ini ialah dimana mempelai disiram atau dimandikan dengan air
bunga-bunga yang sudah disiapkan. Bagi mempelai wanita yang menyiram oleh para
wanita dari sesepuh keluarganya dan begitu pula mempelai laki-laki
e. Bealis
menurut
keyakinan masyarakat suku kutai bahwa setiap wanita yang akan menikah harus
dicukur alisnya agar wajahnya berubah atau menimbulkan cahaya yang cantik
sehingga orang akan melihat perubahan itu pada wajahnya. makna upacara ini
ialah untuk mendapat berkah dari orang tua dan kedua memperindah dan
mempercantik diri untuk jenjang pernikahan ini.
f. Naik
pengantin atau Betatai
Upacara
naik pengantin merupakan upacara puncak dalam adat Kutai yang terdiri dari:
1.
Mengarak pengantin pria yang diiringi
oleh para keluarga dan membawa sumahan yang diiringi lantunan rabbana menuju ke
tempat pengantin wanita.
2. Sampai
ditempat kediaman pengantin wanita meengucapkan shalawat nabi dan di hamburkan
beras kuning sebagai rasa syukur menerim pengantin pria.
g. Naik
mentuha
Makna
upacara naik mentuha ialah rasa patuh dan sayang pada orang tua serta mohon doa
restu dan sebagai tanda kedua mempelai sudah siap pada kehidupan selanjutnya.[1]
Kesultanan Kutai
pernah mengembangkan tradisi penobatan Raja yang disebut Erau. Namun upacara
ini berasal dari kata eroh yang berarti "ramai". hal ini berkaitan
dengan suasana keriuhan pada waktu oenobatan raja berlangsung. walaupun sultan
itu sudah tidak ada lagi tetapi tradisi Erau ini masih di laksanakan.
Festival
kebudayaanrakyatKutai, sekaligusperayaanharijadiTenggarong. Erau dilakukan
setahun sekali yang biasanya pada bulan Juni dengan kurun waktu acara 7 hari.
Ada beberapa tahap acara erau, yaitu :
1.
H-1 acara pada malam hari ditembakkan meriam sebanyak satu kali, dan
ketika hari pertama acara malamnya ditembakkan sebanyak dua kali, haru kedua
acara malamnya ditembakkan sebanyak 3 kali begitu seterusnya hingga 7 kali
meriam yang menandakan malam terakhir upacara Erau ini.
2.
Beluluh Sultan. Acara di dilakukan di Teras Keraton, beluluh dilakukan
agar Sultan Kutai bersih dari unsur-unsur jahat. Ritual ini dilakukan besmaa
dewa-dewa dan beliannya. Dewa-dewa ini biasanya wanita memakai baju berwarna
kuning dan beliannya laki-laki dengan hiasan bentuk segitiga di kepala, hiasan
rambut panjang dan juga telanjang dada. Proses acara ini para belian yang
membaca mantra atau dalam bahasa kutai Bememang. Bememang berisi doa-doa
para belian untuk memohon keselamatan bagi Sultan Kutai.Setalah ini barulah
para abdi menggelar tikar dan beras tambak karang yang berwarna-warni, biasanya
masyarakat kutai berdatangan ke Teras Keraton karena mereka percaya bahwa beras
tambak yang telah digunakan Sultan lalu disimpan bisa mendapatkan berkah dan
keberuntungan.
3.
Menjamu Benua. Di acara ini lah para Kerajaan memberi makan kepada
makhluk gaib yang ada diseluruh Kutai Kartanegara, sekaligus memohon kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar sultan serta kerabatnya diberi keselamatan, dan juga
berdoa untuk seluruh masyarakat Kutai. Ritual ini juga sebagai memohon
izin kepada para makhluk gaib bahwa masrakat Kutai ingin melaukan Upacara Erau.
4.
Acara selanjutnya acara dimana masyarakat Kutai disuguhi tarian-tarian
yang sangat meriah dan diakhiri penyalaan obor sebagai simbol upacara Erau
telah dibuka. Dihari-hari berikutnya yang disuguhi festisal dan expo yang
meriah.
5.
Behimburan. Behimburan merupakan acara terakhir yang sangat
ditunggu-tunggu masyarakat Kutai, dimana ketika suling di tiupkan yang biasanya
pada pukul 09.00 maka saat itulah behimburan dimulai. Behimburan yakni acara
diamana masyarakat Kutai keluar rumah dan menghimbur atau menyiram satu sama
lain dengan air bersih atau air dari sungai mahakam yang bermakna sebagai
pembersih diri masyarakat Kutai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar